Membaca kembali Widji Thukul

Pada mukodimah bukunya yang berjudul Nyanyian akar rumput, Wiji Thukul menyebutkan “Penyair harusnya berjiwa “bebas dan aktif”, bebas mencari kebenaran dan aktif mempertanyakan kembali kebenaran yang pernah diyakininya”. Saya mencoba membaca ulang sajak-sajak Wiji Thukul setelah membaca pernyataannya tersebut. Wiji Thukul tidak pernah mempertanyakan keyakinannya soal keadilan, kemiskinan dan penderitaan. Justru yang dipertanyakan adalah keyakinan terhadap kepenyairannya.

Ia mempertanyakan apakah puisi bisa menghidupi keluarganya? apakah puisinya bermanfaat? seperti tercermin dalam sajak yang berjudul apa yang berharga dari puisiku. Namun di satu sisi Ia membuat sajak yang berjudul penyair adalah petapa agung. Hal seperti ini mungkin banyak dirasakan oleh penyair dan seniman, namun jarang sekali tertuang di dalam sebuah karya. Kejujuran seorang Wiji Thukul dalam berkarya, menjadikan sajak-sajaknya berkarakter serta menabah warna di dalam kesusastraan Indonesia.

Baca selelngkapnya

--

--

Nokenstudio Magazine
Nokenstudio Magazine

No responses yet